September 15, 2008 — Dadan Wahidin
4 Votes
1. Apa bahan
ajar (materi pembelajaran) itu?
Bahan
ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi
pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur),
keterampilan, dan sikap atau nilai.
2.Apa
prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar?
Prinsip-prinsip
dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b)
konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran
hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan
ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus
diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang
diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi
dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh
terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
3. Bagaimana
langkah-langkah dalam memilih bahan ajar?
Materi
pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa
hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar
langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (a) mengidentifikasi
aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi
jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi
tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah
pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
- 1. Apa bahan ajar (materi pembelajaran) itu?
Bahan
ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci,
jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
2.Apa
prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar?
Prinsip-prinsip
dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b)
konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran
hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara
bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya,
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang
harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan
artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak
boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
3. Bagaimana
langkah-langkah dalam memilih bahan ajar?
Materi
pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa
hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar
langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (a) mengidentifikasi
aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi
jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi
tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah
pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
- Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
- Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
- Memilih sumber bahan ajar. Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.
4. Bagaimana
menentukan cakupan dan urutan bahan ajar?
a.
Menentuan cakupan bahan ajar
Dalam
menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan
apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur)
aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik. Selain itu, perlu diperhatikan pula
prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi
pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan
materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke
dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa
detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh
siswa. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan
(adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam
pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan
sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah
materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau
telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
b. Menentukan
urutan bahan ajar
Urutan
penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan
mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara
beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite)
akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami
kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa
akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya
dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural,
dan hierarkis. Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran
secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan
langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon,
langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video. Sedangkan pendekatan hierarkis
menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas
ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk
mempelajari materi berikutnya.
5. Apa yang
dimaksud dengan sumber bahan ajar?
Sumber
bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari
sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya, sesuai dengan
prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan
untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini: (a)
buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit . Gunakan sebanyak mungkin
buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas, (b) laporan hasil penelitian
yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna
untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir, (c) Jurnal
penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut
berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya
masing-masing yang telah dikaji kebenarannya, (d) Pakar atau ahli bidang studi
penting digunakan sebagai sumber bahan ajar yang dapat dimintai konsultasi
mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan,
dsb,, (e) Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu.
Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan, (f) Buku
kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar
kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat
ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan
pokok-pokok materi. (g) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan
bulananyang banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu
matapelajaran, (h) Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan
ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita
peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi, (i)
Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis
mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di
hutan belantara melalui siaran televisi, dan (j) lingkungan ( alam, sosial,
senibudaya, teknik, industri, ekonomi). Perlu diingat, dalam menyusun rencana
pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya
merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada
buku teks sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan
mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun.
Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan
digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk
diajarkan. Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa
mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber
materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah
buku teks dan buku penunjang yang lain.
6. Bagaimana
strategi dalam memanfaatkan bahan ajar?
Secara
garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua strategi, yaitu:
(a) Strategi penyampaian bahan ajar oleh Guru dan (b) Strategi mempelajari
bahan ajar oleh siswa
a. Strategi
penyampaian bahan ajar oleh Guru :
Strategi
penyampaian bahan ajar oleh guru diantaranya: (1) Strategi urutan penyampaian
simultan; (2) Strategi urutan penyampaian suksesif; (3) Strategi penyampaian
fakta; (4) Strategi penyampaian konsep; (5) Strategi penyampaian materi
pembelajaran prinsip; dan (6) Strategi penyampaian prosedur.
- Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);
- Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.
- Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.),
- Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes;
- Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
- (6) Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.
b. Strategi
mempelajari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau
dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan
guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi
siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau
berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi
pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : (1)
menghafal; (2) menggunakan; (3) menemukan; dan (4) memilih.
- Menghafal (verbal & parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
- Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
- Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
- Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.
7. Apa
yang dimaksud dengan materi prasyarat dan perbaikan, dan pengayaan?
Dalam
mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat
beberapa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal
pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat menguasai
materi pembelajaran. Kemungkinan pertama siswa belum memiliki pengetahuan
psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk
mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa
harus sudah mempelajari penjumlahan. Untuk mengetahui apakah siswa telah
memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite
test). Jika berdasar tes tersebut siswa belum memiliki pengetahuan
prasyarat, maka siswa tersebut harus diberi materi atau bahan pembekalan. Bahan
pembekelan (matrikulasi) dapat diambil dari materi atau modul di bawahnya.
Dalam menghadapi kemungkinan kedua, yaitu siswa mengalami kesulitan atau
hambatan dalam menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi
perbaikan (remedial). Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana,
lebih rinci, diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh
siswa. Untuk keperluan remedial perlu disediakan modul remidial. Dalam
menghadapi kemungkinan ketiga, yaitu siswa dapat dengan cepat dan mudah
menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan
(enrichment). Materi pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi
pengayaan baik untuk pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari
buku rujukan lain yang relevan atau disediakan modul pengayaan. Selain
pengayaan, perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana siswa
dimungkinkan untuk mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu
disediakan bahan atau modul akselerasi.
Disarikan : dari Depdiknas. 2006. Pedoman
Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta.
Ditulis pada hari Selasa, 9 Agustus
2011 | 22:50 WIB
Secara umum manfaat media pembelajaran
adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan
pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat
media pembelajaran adalah:
Penyampaian materi pembelajaran
dapat diseragamkan
Dengan
bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari
dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun
berada.
Proses pembelajaran menjadi lebih
jelas dan menarik
Media
dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik
secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana
belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
Proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan
media akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media
guru cenderung bicara satu arah
.
Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan
media pembelajaran tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal
dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi
ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media,
siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
Meningkatkan kualitas hasil belajar
siswa
Media
pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan
utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang
memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh,
merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
Media
memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media
pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan
kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung
seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan
waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
Media
dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Proses
pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai
ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
Kemampuan yang melekat pada sosok guru
yang profesional salah satunya ialah berkaitan dengan kemampuan mengembangkan
bidang ilmu tersebut menjadi bahan ajar sesuai dengan konteks kurikuler dan
kebutuhan peserta didik (pedagogical content knowledge). Dalam PP nomor 19
tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi
pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara
lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi
pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Dengan demikian, guru diharapkan mampu mengembangkan bahan
ajar dan mengimplementasikan dalam pembelajaran.
Namun masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Kendala tersebut ialah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan menelaah kontribusi latar belakang biografis dan pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar terhadap implementasi dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas lima SD. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang ditujukan untuk menguji hubungan antaravariabel. Jumlah sampel sebesar 159 guru dengan subjek penelitian terbatas pada guru yang mengajar kelas lima sekolah dasar yang tersebar di delapan kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar tes, angket, dan analisis dokumen.Teknik analisis data menggunakan uji Normalitas, uji Homogenitas, uji Chi-Square, ANOVA satu jalur.
Kesimpulan dari penelitian ini diketahui sebagai berikut (1) sebagian besar pemahaman guru terhadap pengembangan bahan ajar dan kinerja guru dalam implementasi pembelajaran pada mata pelajaran IPS SD kelas lima berada pada kategori sedang (cukup); (2) terdapat kontribusi latar belakang biografis jenis kelamin guru dengan nilai asymtop signifikasinya sebesar (0,001), pendidikan terakhir (0,000), jurusan yang diambil (0,000), pengalaman pelatihan (0,009). Namun untuk latar belakang usia dan pengalaman mengajar tidak terdapat kontribusi terhadap implementasi dalam pembelajaran yaitu masing-masing sebesar (0,081) dan (0,051); (3) terdapat kontribusi pemahaman guru terhadap implementasi dalam pembelajaran IPS SD kelas lima sebesar (0,325) di mana nilai r tabel (95%) (159) sebesar (0,15); (4) terdapat kontribusi latar belakang biografis yang meliputi faktor jenis kelamin sebesar (0,001), pendidikan terakhir (0,000), jurusan yang diambil (0,000), pengalaman pelatihan (0,000) terhadap pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar. Namun untuk latar belakang usia dan pengalaman mengajar tidak terdapat kontribusi terhadap pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar yaitu masing-masing sebesar (0,081) dan (0,051). Secara khusus diketahui bahwa guru masih menemui kendala dalam mengidentifikasi, membedakan dan menentukan jenis materi dalam bahan ajar. Selain itu diketahui guru-guru belum membuat dan mengembangakan bahan ajar perangkat silabus dan RPP secara mandiri dan perangkat bahan ajar tersebut belum sesuai dengan kehidupan nyata, kondisi aktual dan kontekstual sesuai dengan sosial-kultural yang ada di Kota Tasikmalaya.
Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bahwa guru perlu memperkuat aspek ketrampilan teknis dalam mengidentifikasi SK dan KD; (b) jenis-jenis materi pembelajaran; dan (c) penentuan cakupan atau ruang lingkup, kedalaman dan keluasan materi pokok yang nantinya akan termuat dalam bahan ajar silabus dan RPP. Selain itu, keikutsertaan dalam pelatihan pengembangan kurikulum (in-service training) khususnya pengembangan bahan ajar perlu ditingkatkan dan dijadikan kebutuhan yang strategis untuk peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik.
Namun masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Kendala tersebut ialah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan menelaah kontribusi latar belakang biografis dan pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar terhadap implementasi dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas lima SD. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang ditujukan untuk menguji hubungan antaravariabel. Jumlah sampel sebesar 159 guru dengan subjek penelitian terbatas pada guru yang mengajar kelas lima sekolah dasar yang tersebar di delapan kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar tes, angket, dan analisis dokumen.Teknik analisis data menggunakan uji Normalitas, uji Homogenitas, uji Chi-Square, ANOVA satu jalur.
Kesimpulan dari penelitian ini diketahui sebagai berikut (1) sebagian besar pemahaman guru terhadap pengembangan bahan ajar dan kinerja guru dalam implementasi pembelajaran pada mata pelajaran IPS SD kelas lima berada pada kategori sedang (cukup); (2) terdapat kontribusi latar belakang biografis jenis kelamin guru dengan nilai asymtop signifikasinya sebesar (0,001), pendidikan terakhir (0,000), jurusan yang diambil (0,000), pengalaman pelatihan (0,009). Namun untuk latar belakang usia dan pengalaman mengajar tidak terdapat kontribusi terhadap implementasi dalam pembelajaran yaitu masing-masing sebesar (0,081) dan (0,051); (3) terdapat kontribusi pemahaman guru terhadap implementasi dalam pembelajaran IPS SD kelas lima sebesar (0,325) di mana nilai r tabel (95%) (159) sebesar (0,15); (4) terdapat kontribusi latar belakang biografis yang meliputi faktor jenis kelamin sebesar (0,001), pendidikan terakhir (0,000), jurusan yang diambil (0,000), pengalaman pelatihan (0,000) terhadap pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar. Namun untuk latar belakang usia dan pengalaman mengajar tidak terdapat kontribusi terhadap pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar yaitu masing-masing sebesar (0,081) dan (0,051). Secara khusus diketahui bahwa guru masih menemui kendala dalam mengidentifikasi, membedakan dan menentukan jenis materi dalam bahan ajar. Selain itu diketahui guru-guru belum membuat dan mengembangakan bahan ajar perangkat silabus dan RPP secara mandiri dan perangkat bahan ajar tersebut belum sesuai dengan kehidupan nyata, kondisi aktual dan kontekstual sesuai dengan sosial-kultural yang ada di Kota Tasikmalaya.
Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bahwa guru perlu memperkuat aspek ketrampilan teknis dalam mengidentifikasi SK dan KD; (b) jenis-jenis materi pembelajaran; dan (c) penentuan cakupan atau ruang lingkup, kedalaman dan keluasan materi pokok yang nantinya akan termuat dalam bahan ajar silabus dan RPP. Selain itu, keikutsertaan dalam pelatihan pengembangan kurikulum (in-service training) khususnya pengembangan bahan ajar perlu ditingkatkan dan dijadikan kebutuhan yang strategis untuk peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik.
10 Cara Kreatif Mengajar Matematika
Share
Berikut ini ada beberapa aktifitas di kelas untuk menumbuhkan kreativitas dalam pengajaran matematika. Dalam pengajaran, sering-seringlah mengajukan pertanyaan kritis seperti “Apakah Kamu mencoba ini?” “Apa yang akan terjadi jika ada ini ?” “Apakah kamu dapat?” untuk meningkatkan pemahaman anak-anak dari ide-ide dan kosakata matematika. Berikut beberapa aktifitas yang mungkin dapat dipraktekkan di kelas:
1. Gunakan dramatisasi. [...]
Berikut ini ada beberapa aktifitas di kelas untuk menumbuhkan kreativitas dalam pengajaran matematika. Dalam pengajaran, sering-seringlah mengajukan pertanyaan kritis seperti “Apakah Kamu mencoba ini?” “Apa yang akan terjadi jika ada ini ?” “Apakah kamu dapat?” untuk meningkatkan pemahaman anak-anak dari ide-ide dan kosakata matematika. Berikut beberapa aktifitas yang mungkin dapat dipraktekkan di kelas:
1. Gunakan dramatisasi. [...]
Artikel von edukasiana
edukasiana’s Website
edukasiana’s Website
Berikut ini ada beberapa aktifitas di
kelas untuk menumbuhkan kreativitas dalam pengajaran matematika. Dalam
pengajaran, sering-seringlah mengajukan pertanyaan kritis seperti “Apakah Kamu
mencoba ini?” “Apa yang akan terjadi jika ada ini ?” “Apakah kamu dapat?” untuk
meningkatkan pemahaman anak-anak dari ide-ide dan kosakata matematika. Berikut
beberapa aktifitas yang mungkin dapat dipraktekkan di kelas:
1. Gunakan dramatisasi. Ajaklah
anak-anak berpura-pura berada di sebuah bola (sphere) atau kotak (prisma),
merasakan sisi-sisinya, ujung-ujungnya, dan sudutnya dan menyandiwarakan secara
sederhana masalah aritmatika seperti: Tiga katak melompat dalam kolam dsb.
2. Menggunakan anggota tubuh anak-anak.
Menyarankan agar anak-anak menunjukkan berapa banyak kaki, mulut, dan
sebagainya. Ketika diminta untuk menampilkan “tiga tangan,” mereka akan
menanggapi dengan protes keras, dan kemudian menunjukkan berapa banyak tangan
yang mereka memiliki( “membuktikan”) ini. Kemudian mengajak anak-anak untuk
menampilkan nomor dengan jari, dimulai dengan pertanyaaan sederhana, “Berapa
usia Kamu?” Kemudian siswa diminta menunjukkan angka yang diminta guru. Selain
itu guru menampilkan angka dalam berbagai cara (misalnya, menunjukkan lima
dengan tiga pada jari tangan kiri dan dua di jari tangan kanan).
3. Menggunakan permainan. Melibatkan
anak-anak bermain yang memungkinkan mereka untuk melakukan matematika dalam
berbagai cara, termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan,
membuat pola, dan sebagainya. Kemudian memperkenalkan permainan jual-beli di
toko, menunjukkan anak-anak permainan membeli dan menjual mainan atau benda
kecil lainnya, belajar menghitung, aritmatika, dan konsep uang.
4. Menggunakan mainan. Mendorong anak-anak untuk menggunakan “adegan” dan mainan untuk simulasi kejadian nyata, seperti tiga mobil di jalan, atau misalnya, untuk menunjukkan ada dua monyet di atas pohon dan dua di atas tanah.
5. Menggunakan cerita anak-anak. Bercerita tentang sebuah kisah menarik yang didalamnya berisi konsep matematika. Jika perlu diperagakan khususnya untuk memperjelas konsep matematikanya
6. Gunakan kreativitas alami anak. Menggali ide anak tentang matematika harus didiskusikan dengan mereka. Misal seorang anak 6 tahun ditanya begini: “Pikirkan angka terbesar yang kamu tahu, lalu tambah angka itu dengan lima. Bayangkan kamu memiliki coklat sejumlah angka itu”. “Wow, itu 5 angka lebih besar yang kamu tahu”.
7. Menggunakan kemampuan pemecahan masalah. Menanyakan anak-anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mengetahui masalah-masalah seperti mendapatkan hanya cukup untuk mereka gunting tabel atau berapa banyak makanan ringan mereka perlu jika tamu yang bergabung dengan grup. Mendorong mereka untuk menggunakan jari-jari mereka sendiri atau apapun yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah.
8. Menggunakan berbagai strategi. Bawalah matematika dimanapun di dalam kelas, dari menghitung jumlah anak-anak di pagi hari, menghitung meja kursi, meminta anak-anak untuk membersihkan barang yang ada nomor tertentu, atau membersihkan barang yang berbentuk geometris tertentu dsb.
9. Menggunakan teknologi. Cobalah gunakan kamera digital untuk memotret hasil kerja anak, permainan dan aktifitas yang dilakukan, dan kemudian menggunakan foto untuk diskusi dengan anak-anak, perencanaan kurikulum, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan juga teknologi lain, seperti komputer secara bijak.
10. Gunakan assessment untuk mengukur penilaian anak-anak belajar matematika. Menggunakan observasi, diskusi dengan anak-anak, dan kelompok-kecil untuk kegiatan belajar anak-anak tentang matematika dan berpikir untuk membuat keputusan tentang apa yang mungkin setiap anak dapat belajar dari pengalaman. Juga mencoba menggunakan komputer untuk penilaian menggunakan program secara otomatis.
Sumber: http://www2.scholastic.com/
’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar