PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Kemampuan yang melekat pada sosok guru yang profesional
salah satunya ialah berkaitan dengan kemampuan mengembangkan bidang ilmu
tersebut menjadi bahan ajar sesuai dengan konteks kurikuler dan kebutuhan
peserta didik (pedagogical content knowledge). Dalam PP nomor 19 tahun 2005
Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran,
yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain
mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi
pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Dengan demikian, guru diharapkan mampu mengembangkan bahan
ajar dan mengimplementasikan dalam pembelajaran.
Namun masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Kendala tersebut ialah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku.
Namun masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Kendala tersebut ialah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku.
- RUMUSAN MASALAH
1.
JELASKANLAH CARA SEORANG GURU DALAM
MENGENBAKAN BAHAN AJAR MATEMATIKA DI KELAS 2 SD?
2.
BAGAIMANA MEDIA YANG DIGUNAKAN
DALAM MENGAJAR MATEMATIKA KELAS 2 SD AGAR ANAK MUDAH MENGERTI TENTANG
PENJUMLAHAN.
- TUJUAN
1.
AGAR SEORANG CALON GURU Memahami
tentang pengembangan bahan ajar matematika di kelas 2 sd
2.
Agar mampu mempraktekkan langsung
cara mengajar matematika yang mudah dimengerti anak
3.
Agar calon guru dapat menggunakan
media ajar yang menarik bagi anak.
Bab II. PEMBAHASAN
A.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
1.
Apa bahan ajar (materi pembelajaran)
itu?
Bahan ajar atau materi pembelajaran
(instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau
nilai.
2.Apa prinsip-prinsip dalam memilih
bahan ajar?
Prinsip-prinsip dalam pemilihan
materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c)
kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan
memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang
diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi
dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh
terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
3.
Bagaimana langkah-langkah dalam
memilih bahan ajar?
Materi pembelajaran yang dipilih
untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi
atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar
meliputi : (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan
ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan
ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar. Secara
lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
- Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
- Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
- Memilih sumber bahan ajar. Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.
4.
Bagaimana menentukan cakupan dan
urutan bahan ajar?
a. Menentuan cakupan bahan ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang
lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa
aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek
psikomotorik. Selain itu, perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu
digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan
dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa
banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran,
sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang
terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Prinsip berikutnya
adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya
cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek
materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya
penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup
materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari
oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai
dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
b. Menentukan urutan bahan ajar
Urutan penyajian (sequencing)
bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau
mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi
pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan
menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami
kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa
akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya
dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural,
dan hierarkis. Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran
secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan
langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon,
langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video. Sedangkan pendekatan
hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau
dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat
untuk mempelajari materi berikutnya.
5.
Apa yang dimaksud dengan sumber
bahan ajar?
Sumber bahan ajar merupakan tempat
di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa
dapat dilibatkan untuk mencarinya, sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa
aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi
pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber
dimaksud dapat disebutkan di bawah ini: (a) buku teks yang diterbitkan oleh
berbagai penerbit . Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh
wawasan yang luas, (b) laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga
penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber
bahan ajar yang atual atau mutakhir, (c) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan
pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian
dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji
kebenarannya, (d) Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber
bahan ajar yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan
ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb,, (e) Profesional yaitu orang-orang
yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di
bidang ekonomi dan keuangan, (f) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai
sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi,
kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang
tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi. (g) Penerbitan
berkala seperti harian, mingguan, dan bulananyang banyak berisikan informasi
yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran, (h) Internet yang yang
banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian
untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan
tersebut dapat dicetak atau dikopi, (i) Berbagai jenis media audiovisual
berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat
mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran
televisi, dan (j) lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri,
ekonomi). Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis
kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan.
Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai
satu-satunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku
pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku
pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan
sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan.
Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai
kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi
guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan
buku penunjang yang lain.
6.
Bagaimana strategi dalam
memanfaatkan bahan ajar?
Secara garis besarnya, dalam
memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua strategi, yaitu: (a) Strategi penyampaian
bahan ajar oleh Guru dan (b) Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
a.
Strategi penyampaian bahan ajar oleh
Guru :
Strategi penyampaian bahan ajar oleh
guru diantaranya: (1) Strategi urutan penyampaian simultan; (2) Strategi urutan
penyampaian suksesif; (3) Strategi penyampaian fakta; (4) Strategi penyampaian
konsep; (5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip; dan (6) Strategi
penyampaian prosedur.
- Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);
- Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.
- Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.),
- Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes;
- Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
- (6) Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.
b.
Strategi mempelajari bahan ajar oleh
siswa
Ditinjau dari guru, perlakuan
(treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau
mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan
terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi
pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan
siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : (1) menghafal; (2)
menggunakan; (3) menemukan; dan (4) memilih.
- Menghafal (verbal & parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
- Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
- Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
- Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.
7. Apa yang dimaksud dengan materi
prasyarat dan perbaikan, dan pengayaan?
Dalam mempelajari materi
pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada
diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal pengetahuannya, siswa mengalami
kesulitan, atau siswa dengan cepat menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan
pertama siswa belum memiliki pengetahuan psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah
bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru.
Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari
penjumlahan. Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan
prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite test). Jika
berdasar tes tersebut siswa belum memiliki pengetahuan prasyarat, maka siswa
tersebut harus diberi materi atau bahan pembekalan. Bahan pembekelan
(matrikulasi) dapat diambil dari materi atau modul di bawahnya. Dalam
menghadapi kemungkinan kedua, yaitu siswa mengalami kesulitan atau hambatan
dalam menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi perbaikan
(remedial). Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana, lebih rinci,
diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh siswa. Untuk
keperluan remedial perlu disediakan modul remidial. Dalam menghadapi
kemungkinan ketiga, yaitu siswa dapat dengan cepat dan mudah menguasai materi
pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment). Materi
pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk
pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain
yang relevan atau disediakan modul pengayaan. Selain pengayaan, perlu
dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana siswa dimungkinkan untuk
mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau
modul akselerasi.
B.
MAANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK
MATA PELAJARAN MATEMATIKA
C. Secara
umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru
dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien.
Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
Penyampaian
materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran,
penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi
terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
Proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi
melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi,
sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup,
tidak monoton dan tidak membosankan.
Proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif
Dengan media akan terjadinya
komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara
satu arah
.
Efisiensi
dalam waktu dan tenaga
Dengan media pembelajaran tujuan
belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga
seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara
berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih
mudah memahami pelajaran.
Meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu
siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar
informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika
diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri
melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
Media memungkinkan proses belajar
dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih
leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari
waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar
lingkungan sekolah.
Media dapat menumbuhkan sikap
positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih
menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar
mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
Kemampuan yang melekat pada sosok
guru yang profesional salah satunya ialah berkaitan dengan kemampuan
mengembangkan bidang ilmu tersebut menjadi bahan ajar sesuai dengan konteks
kurikuler dan kebutuhan peserta didik (pedagogical content knowledge). Dalam PP
nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan
materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses,
yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang
mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dengan demikian, guru diharapkan mampu
mengembangkan bahan ajar dan mengimplementasikan dalam pembelajaran.
Namun masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Kendala tersebut ialah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan menelaah kontribusi latar belakang biografis dan pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar terhadap implementasi dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas lima SD. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang ditujukan untuk menguji hubungan antaravariabel. Jumlah sampel sebesar 159 guru dengan subjek penelitian terbatas pada guru yang mengajar kelas lima sekolah dasar yang tersebar di delapan kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar tes, angket, dan analisis dokumen.Teknik analisis data menggunakan uji Normalitas, uji Homogenitas, uji Chi-Square, ANOVA satu jalur.
Kesimpulan dari penelitian ini diketahui sebagai berikut (1) sebagian besar pemahaman guru terhadap pengembangan bahan ajar dan kinerja guru dalam implementasi pembelajaran pada mata pelajaran IPS SD kelas lima berada pada kategori sedang (cukup); (2) terdapat kontribusi latar belakang biografis jenis kelamin guru dengan nilai asymtop signifikasinya sebesar (0,001), pendidikan terakhir (0,000), jurusan yang diambil (0,000), pengalaman pelatihan (0,009). Namun untuk latar belakang usia dan pengalaman mengajar tidak terdapat kontribusi terhadap implementasi dalam pembelajaran yaitu masing-masing sebesar (0,081) dan (0,051); (3) terdapat kontribusi pemahaman guru terhadap implementasi dalam pembelajaran IPS SD kelas lima sebesar (0,325) di mana nilai r tabel (95%) (159) sebesar (0,15); (4) terdapat kontribusi latar belakang biografis yang meliputi faktor jenis kelamin sebesar (0,001), pendidikan terakhir (0,000), jurusan yang diambil (0,000), pengalaman pelatihan (0,000) terhadap pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar. Namun untuk latar belakang usia dan pengalaman mengajar tidak terdapat kontribusi terhadap pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar yaitu masing-masing sebesar (0,081) dan (0,051). Secara khusus diketahui bahwa guru masih menemui kendala dalam mengidentifikasi, membedakan dan menentukan jenis materi dalam bahan ajar. Selain itu diketahui guru-guru belum membuat dan mengembangakan bahan ajar perangkat silabus dan RPP secara mandiri dan perangkat bahan ajar tersebut belum sesuai dengan kehidupan nyata, kondisi aktual dan kontekstual sesuai dengan sosial-kultural yang ada di Kota Tasikmalaya.
Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bahwa guru perlu memperkuat aspek ketrampilan teknis dalam mengidentifikasi SK dan KD; (b) jenis-jenis materi pembelajaran; dan (c) penentuan cakupan atau ruang lingkup, kedalaman dan keluasan materi pokok yang nantinya akan termuat dalam bahan ajar silabus dan RPP. Selain itu, keikutsertaan dalam pelatihan pengembangan kurikulum (in-service training) khususnya pengembangan bahan ajar perlu ditingkatkan dan dijadikan kebutuhan yang strategis untuk peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik.
Namun masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Kendala tersebut ialah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan menelaah kontribusi latar belakang biografis dan pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar terhadap implementasi dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas lima SD. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang ditujukan untuk menguji hubungan antaravariabel. Jumlah sampel sebesar 159 guru dengan subjek penelitian terbatas pada guru yang mengajar kelas lima sekolah dasar yang tersebar di delapan kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar tes, angket, dan analisis dokumen.Teknik analisis data menggunakan uji Normalitas, uji Homogenitas, uji Chi-Square, ANOVA satu jalur.
Kesimpulan dari penelitian ini diketahui sebagai berikut (1) sebagian besar pemahaman guru terhadap pengembangan bahan ajar dan kinerja guru dalam implementasi pembelajaran pada mata pelajaran IPS SD kelas lima berada pada kategori sedang (cukup); (2) terdapat kontribusi latar belakang biografis jenis kelamin guru dengan nilai asymtop signifikasinya sebesar (0,001), pendidikan terakhir (0,000), jurusan yang diambil (0,000), pengalaman pelatihan (0,009). Namun untuk latar belakang usia dan pengalaman mengajar tidak terdapat kontribusi terhadap implementasi dalam pembelajaran yaitu masing-masing sebesar (0,081) dan (0,051); (3) terdapat kontribusi pemahaman guru terhadap implementasi dalam pembelajaran IPS SD kelas lima sebesar (0,325) di mana nilai r tabel (95%) (159) sebesar (0,15); (4) terdapat kontribusi latar belakang biografis yang meliputi faktor jenis kelamin sebesar (0,001), pendidikan terakhir (0,000), jurusan yang diambil (0,000), pengalaman pelatihan (0,000) terhadap pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar. Namun untuk latar belakang usia dan pengalaman mengajar tidak terdapat kontribusi terhadap pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar yaitu masing-masing sebesar (0,081) dan (0,051). Secara khusus diketahui bahwa guru masih menemui kendala dalam mengidentifikasi, membedakan dan menentukan jenis materi dalam bahan ajar. Selain itu diketahui guru-guru belum membuat dan mengembangakan bahan ajar perangkat silabus dan RPP secara mandiri dan perangkat bahan ajar tersebut belum sesuai dengan kehidupan nyata, kondisi aktual dan kontekstual sesuai dengan sosial-kultural yang ada di Kota Tasikmalaya.
Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bahwa guru perlu memperkuat aspek ketrampilan teknis dalam mengidentifikasi SK dan KD; (b) jenis-jenis materi pembelajaran; dan (c) penentuan cakupan atau ruang lingkup, kedalaman dan keluasan materi pokok yang nantinya akan termuat dalam bahan ajar silabus dan RPP. Selain itu, keikutsertaan dalam pelatihan pengembangan kurikulum (in-service training) khususnya pengembangan bahan ajar perlu ditingkatkan dan dijadikan kebutuhan yang strategis untuk peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik.
langkah
–langkah menyusun bahan ajar:
menentukan
judul menentukan kemampuan
utama menentukan kemampuan
spesifik, out line, pengembangan outline, periksa ulang , modul ajar.
PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR
Penyusunan bahan ajar baik untuk proses intruksional
jarak jauh maupun langsung adanya tatap muka antara pendidik/pengajar dengan
peserta didik merupakan sebuah cirri dari sebuah system intruksional.
Bahan ajar harus
disusun berdasarkan rencana kegiatan belajar mengajar yang telah ditetapkan.
Dalam pengembangan kurikulum berbsdid kompetensi(KBK), untuk membantu mencapai sasaran,
maka bahan ajar yang dibuatjuga harus mendukung kegiatan belajar mengajar dalam
rangka mencapai kompetensi yang ingin dicapai. Pengembangan bahan ajar harus
didasarkan pada analisis kebutuhan peserta didik. Alur pengembangan bahan ajar
menunjukkan bahwa setelah pengembangan bahan ajar harus diberikan pedoman
peserta didik dan pedoman pengajar yang semuanya tetap didasarkan pada rencana
kegiatan belajar mengajar.
Analisis kebutuhan-pengembangan kurikulum-pengembangan
rencana kegiatan belajar mengajar(rkbm)-pengembangan bahan ajar: pedoman
peserta didik dan pedoman mengajar.
TIM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN FIP-UPI. ILMU DAN APLIKASI
PENDIDIKAN.2007. PT IMPERIAL BHAKTIUTAMA.GRASINDO
Kata pengantar.
Matematika
adalah dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu meemcahkan masalah dalam
berbagai bidang ilmu, seperti ekonomi, akutansi, astronomi, geografi, dan
antropologi. Olehh karena itu matematika patut mendapatkan sebutan “Mathematics
Is Queen and servant of science” yang artinya matematika adalah ratu dan
pelayan ilmu pengetahuan.
Sesuai
dengan itu, maka…………………..
http://www.anshuldudeja.com
weAreCoupled = false; do{ if
(weAreCoupled){ letsBreakUp(); } else{ beMyGirlFriend(); } weAreCoupled ~=
weAreCoupled; }while(1)
|
Di-link Dari Sini
Web
Blog ini
|
|
Di-link Dari Sini
|
||
Web
|
||
My
Writings. My Thoughts.
On » Senin, 27 Juni 2011 //
Suatu ketika, salah seorang teman
(Rino Kitanto) memberikan tebakan. Kita disuruh memilih sebarang angka,
kemudian menjumlahkan, kemudian melingkari dan mencoret. Dan akhirnya kita
disuruh menjumlahkan angka yang kita lingkari tadi. Dan itu sama dengan tebakan
seorang teman kami tadi.
Langkahnya seperti ini :
Buat tabel seperti berikut ini :
Isi titik-titik tersebut dengan
sebarang bilangan bulat. Sebarang bilangan bulat bisa masuk di dalam situ.
Sebenarnya bukan hanya bilangan bulat, bilangan real pun bisa masuk. Tetapi
untuk memudahkan menghitungnya, maka lebih baik gunakan saja bilangan bulat.
Positif atau negatif, terserah pembaca.
Misalnya seperti ini :
Saya menebak angka 11 sebagai
hasilnya nanti. (hiraukan saja dulu)
Kemudian, titik-titik tersebut
isikan dengan hasil penjumlahan kolom dan baris yang mewakili tersebut. .
Jadi, isikan bilangan 13 pada titik-titik tersebut. Dan kotak-kotak yang kosong
lainnya juga isikan dengan langkah tersebut.
Setelah penuh.
Pilih atau lingkari bilangan yang
ada di kotak yang
tadi kita isikan dengan hasil penjumlahan. Kemudian coret bilangan pada kolom
yang kamu pilih dan juga coret bilangan pada baris yang kamu pilih tadi.
Kemudian lingkari sebarang bilangan yang lain yang belum dicoret.
Seperti ini :
Misalnya pertama kita lingkari angka
9. Maka kita harus mencoret bilangan yang sebaris dan sekolom dengan 9 yang
kita lingkari itu. Kita coret bilangan 13, 7 -5 dan 5.
Selanjutnya kita lingkari 3, maka
kita harus mencoret bilangan yang sebaris dan sekolom dengan bilangan 3. Kita
coret bilangan -7 dan 9. Akhirnya kita pilih bilangan lagi yang belum tercoret.
Maka diperoleh bentuk seperti di
atas.
Sekarang jumlahkan bilangan-bilangan
yang telah kita lingkari tadi.
Ini akan sama dengan tebakan kita
tadi.
Kenapa kita bisa menebak 11 sebagai
hasilnya? Dari manakah kita mendapatkan angka 11?
Angka 11 yang kita tebak tadi
berasal dari penjumlahan semua bilangan yang kita tuliskan pada awal tadi. 11
didapatkan dari penjumlahan bilangan-bilangan ini :
Jadi, silahkan pembaca coba.
Mengapa bisa seperti ini?
Secara umum, misalnya kita masukkan
sebarang angka. Misalnya kita tuliskan a, b, c, d, e dan f. Seperti gambar
berikut ini :
Bisa dilihat, jika kita melingkari
suatu bilangan, lalu, mencoret bilangan yang sekolom dan sebaris. Misalnya kita
melingkari , maka kita
harus mencoret , artinya, kemungkinan muncul a lagi dan e
lagi sudah tidak ada.
Lalu kita melingkari yang lainnya
yang belim kita coret, dan seterusnya.
Ini akan menyebabkan tidak ada
bilangan yang kita lingkari menjadi sekolom dan sebaris.
Sehingga jumlah bilangannya pun
pasti sama dengan
,
sama seperti tebakan kita pada awal tadi.
Pengembangan Bahan Ajar Matematika Dalam Pembelajaran
Probing Prompting
By yuaayu
Bahan
ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis
maupun tidak sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar. Jenis bahan ajar yang akan dibahas pada
makalah ini adalah lembar kegiatan siswa (LKS).
Lembar
kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh siswa (Inra, 2010). Lembar kegiatan berisi
petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan
dicapainya. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh
siswa secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain
yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa
dapat berupa teori dan atau praktik. Keuntungan adanya lembar kegiatan bagi
guru adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sedangkan bagi
siswa dapat membuat siswa belajar mandiri, belajar memahami, dan menjalankan
tugas tertulis. Dalam menyiapkannya guru harus cermat, memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kegiatan harus memenuhi paling
tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi
dasar yang dikuasai oleh siswa.
Pengembangan
Lembar Kegiatan Siswa dalam pembelajaran probing prompting adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan
analisis kurikulum, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan
materi pembelajaran.
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk
menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS sesuai dengan pembelajaran probing
prompting. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara
melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan,
kemudian kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
2. Menyusun peta
kebutuhan LKS.
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan
guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya
juga dapat dilihat. Urutan LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas
penulisan. Diawali dengan kurikulum dan analisis sumber belajar.
3. Menentukan
judul LKS.
Judul LKS ditentukan atas dasar
kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang
terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai judul apabila
kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya kompetensi dasar dapat dideteksi antara
lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok mendapatkan maksimal 4
materi pokok, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS.
Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 materi pokok, maka perlu
dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.
4. Menulis LKS.
Penulisan
LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Perumusan Kompetensi Dasar yang
harus dikuasai
Rumusan
kompetensi dasar pada suatu LKS langsung dari buku Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
b)
Menentukan alat Penilaian
Penilaian
dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. Karena pendekatan
pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan
pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan
pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment.
Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.
c)
Penyusunan Materi
Materi
LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat
berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi
yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku,
majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap
materi lebih kuat, maka dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar
siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara
jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya
siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi
diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam
kelompok diskusi dan berapa lama. Dengan
pembelajaran probing prompting, pertanyaan atau tugas yang dituliskan
harus dapat menuntun dan menggali kemampuan siswa yang mengaitkan pengetahuan
awal siswa dengan pengetahuan baru dalam menemukan suatu konsep atas rumusan
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
Struktur LKS secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Judul, mata
pelajaran, semester, tempat
2. Petunjuk
belajar
3. Kompetensi yang
akan dicapai
4. Indikator
5. Informasi
pendukung
6. Tugas-tugas dan
langkah-langkah kerja
7. Penilaian
Bahan
ajar yang digunakan dalam penulisan ini disusun berdasarkan KTSP. Secara
lengkap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator disajikan pada
tabel berikut.
Standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator
Standar kompetensi
|
Kompetensi dasar
|
Indikator
|
6. Memahami barisan dan deret
bilangan serta penggunaannya dalam pemecahan masalah
|
6.1 Menentukan pola barisan
bilangan sederhana.
|
|
6.2 Menentukan suku ke-n
barisan aritmatika dan barisan geometri
|
|
|
6.3 Menentukan jumlah n
suku pertama deret aritmatika dan deret geometri
|
|
|
6.4 Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan barisan dan deret
|
|
Bahan
ajar dirancang dalam bentuk lembar kegiatan siswa (LKS). LKS yang disusun
diharapkan mampu menuntun siswa untuk dapat memahami
barisan dan deret bilangan serta penggunaannya dalam pemecahan masalah sesuai
dengan indikator yang ingin dicapai.
Instrumen
Pembelajaran
1.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Rencana
pelaksanaan pembelajaran dibuat tiap kompetensi dasar dan mencakup satu kali
pertemuan. RPP ini memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
materi pembelajaran matematika, metode pembelajaran matematika, dan kegiatan
pembelajaran matematika.
2.
Bahan Ajar (Lembar Kegiatan Siswa
atau LKS)
Bahan
ajar berbentuk LKS ini memuat materi yang harus diisi oleh siswa. Penyajian
materi LKS ini menuntut siswa menggunakan kemampuan matematika untuk memahami
materi dan menemukan rumus sesuai dengan konsep yang telah diperoleh
sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar