FEED

video album photo q

Album Kluarga Slideshow: Theresia’s trip to Medan was created with TripAdvisor TripWow!

perjalanan

Menikmati Keindahan Pantai With my Friend in The Campus Slideshow: Theresia’s trip to Sibolga, Indonesia (near Samosir) was created with TripAdvisor TripWow!

Kamis, 15 Maret 2012

Pengertian Pengeloaan Kelas

  • Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.(Djamarah 2006:175)

    “Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan”Dekdibud (dalam Rachman 1997:11). Pengelolaan dalam pengertian umum menurut Arikunto (dalam Djamarah 2006:175) adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan.

    Menurut Hamalik (dalam Djamarah 2006:175) ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar”

    Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:
    1. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
    2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Djamarah2006:176)

    Ahmad (1995:1) menyatakan “Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.” Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

    Sedangkan menurut Made Pidarta (dalam Djamarah, 2005:172) “Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.” Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual. Sudirman (dalam Djamarah 2006:172)” Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas.”kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksiedukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.

    “Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.” (Mulyasa 2006:91). Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:177) ”Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.” Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) ”Manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah .” Arikunto (dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat “ bahwa penelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang seperti diharapkan.” Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).

    Berdasar pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

    Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

  • Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.

    Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
    Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:

    a. Pendekatan Kekuasaan
    Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.

    b. Pendekatan Ancaman
    Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.

    c. Pendekatan Kebebasan
    Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

    d. Pendekatan Resep
    Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.

    e. Pendekatan Pengajaran
    Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

    f. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
    Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
    Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.

    g. Pendekatan Sosio-Emosional
    Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.

    h. Pendekatan Kerja Kelompok
    Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.

    i. Pendekatan Elektis atau Pluralistik
    Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.


    Tujuan Pengelolaan Kelas

  • Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
    1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
    2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
    3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
    4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.

    Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa. Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisian.

    Menurutnya sebagai sebuah indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
    1. Setiap siswa terus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan padanya.
    2. Setiap siswa terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu artinya setiap siswa akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.


    Pengelolaan kelas dan pengajaran adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya, namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Kalau pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran. Pengelolaan kelas menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan yang mencakupdan memperhatikan kondisi yan optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar. Sekolah Dasar Plus Al Firdaus adalah salah satu lembaga pendidikan dasar unggulan bercirikan Agama Islam yang menerapkan pengelolaan kelas. Dengan kurikulum yang menyatu dengan keislaman, tenaga kependidikan yang profesional, pengelolaan kelas yang sesuai dengan kebutuhan anak, pengelolaan keuangan yang rapi dan transparan, sarana parasarana yang memadai, pengelolaan kemasyarakatan yang solid, serta layanan khusus yang mamadai. Permasalahan yang diambil adalah bagaimana pelaksanaan pengelolaan kelas pada kelas I di SD Plus Al Firdaus Surakarta serta faktor penghambat dan pendukung dalam pengelolaan kelasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan kelas di SD plus Al Firdaus Surakarta tahun 2008/2009. serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan pengelolaan kelas di SD plus Al Firdaus Surakarta tahun 2008/2009. manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan pandangan teoritik bagi pengembangan pengelolaan kelas di SD plus Al Firdaus Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif lapangan (Field Research), objek penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Wakaur Kurikulum, Staf Pengajar, Karyawan. Untuk memperoleh data penelitian ini dengan observasi, Wawancara dan dokumentasi. Adapun penelitian ini dianalisis dengan kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang menghasilkan kata-kata tulisan atau lesan. Untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat digunakan analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Treath). Penelitian ini mengungkapkan bahwa, pelaksanaan pengelolaan kelas pada kelas I di SD plus Al Firdaus Surakarta yang menyangkut pengelolaan siswa, sudah berusaha menerapkan pengelolaan kelas sesuai dengan teori-teori yang ada tentang pengelolaan kelas. Sedangkan yang menyangkut dengan fisik kelas SD Al Firdaus sudah mengelola kelas dengan baik dan kenyamanan siswa di dalam kelas sudah tercipta. Hal ini disebabkan karena adanya keseimbangan antara tenaga pendidik dengan peserta didik dan sarana prasarana yang memadai. akan tetapi motivasi guru dalam mengelola kelas tidak sama sehingga dalam penerapan pengelolaan kelas belum maksimal. 

    Guru Wajib Miliki Manajemen Kelas PDF Cetak E-mail
    Para guru sekolah terutama di tingkat SD harus memiliki pengaturan (manajemen, red) kelas yang baik bagi siswanya. “Hal ini merupakan langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan. Maka, dalam pelaksanaan model cooperative learning dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreativitas guru dalam mengelola lingkungan kelas,” ujar Wasito SPd, ketua panitia saat Workshop Manajemen Kelas bagi para guru SD se-Sumsel di gedung Penerbit Erlangga kemarin (3/7).
          Menurutnya, menggunakan model ini guru harus menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana pembelajaran secara matang, pengaturan kelas saat pelaksanaan dan membuat tugas untuk dikerjakan oleh siswa bersama dengan kelompoknya. “Dalam model pembelajaran cooperative learning, dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill) dari anggota kelompoknya,” tegasnya.
           Sehingga masing-masing siswa harus memiliki niat untuk bekerja sama dengan anggota lainnya. Di samping itu, harus memiliki kiat-kiat bagaimana caranya berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain.
          Sementara itu, Gunanto MPdI pemberi materi dari SD Al Azhar Jakarta, mengatakan, dalam pengelolaan kelas model cooperative learning ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni pengelompokan, pemberian motivasi kepada kelompok, dan penataan ruang kelas.
        Sehubungan dengan itu, guru harus mampu menciptakan pengelolaan kelas cooperative learning. Dengan begitu, terjadi suatu proses interaksi yang satu individu dengan individu lainnya dapat terjadi. “Demikian pula interaksi antarkelompok dapat terbangun. Sebab, inti dari cooperative learning adalah proses pembelajaran secara kelompok (grup),” jelasnya
         Dari berbagai kajian, jelasnya, telah ditemukan bahwa pembelajaran secara berkelompok kegiatan yang dapat menciptakan aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan dapat terbangun. “Hasil dari proses pengajaran dan pembelajaran cooperative learning lebih optimal, dan banyak kelebihan dari pelaksanaan model pengajaran dan pembelajaran cooperative leraning ini jika dilakukan oleh guru,” tukasnya.(mg 26)
     

    A.   Aspek Psikologis Dalam Manajemen Kelas
    Psikologi sebagai suatu disiplin ilmu sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan khususnya dalam Manajemen Kelas. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman aspek psikologis peserta didik oleh pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutiahan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.

    Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar di kelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil.

    Dengan memahami karakteristik psikologis yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. maka para guru di sekolah akan dapat melakukan pembelajaran yang bersifat individual sesuai dengan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh peserta siswa. Jadi sifat heterogenitas (tidak sama) suatu kelas perlu menjadi perhatian utama bagi guru. Selain pembelajaran yang bersifat individual, guru perlu juga melakukan pembelajaran secara kelompok jika karakteristik psikologis peserta didik yang ada di suatu kelas dianggap relatif sama (homogen).

                Dalam proses pembelajaran di kelas guru sering menghadapi peserta didik yang mengalami gangguan perhatian sehingga peserta didik tersebut kurang dapat memusatkan perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Akibatnya peserta didik tersebut kurang dapat mengetahui dan memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dan memperoleh prestasi belajar rendah. Gejala gangguan perhatian sebagai faktor psikologis yang dialami peserta didik di kelas harus diketahui dan dipahami oleh guru sebagai pengajar dan pendidik di kelas untuk mencegah dan mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
    Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru di kelas dalam mencegah dan mengatasi masalah gangguan perhatian yang dialami oleh peserta didik di kelas ialah guru sebaiknya menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang menarik perhatian belajar agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan baik dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
    Selain itu, peserta didik yang menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang acuh tak acuh atau apatis dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, juga merupakan gejala bahwa peserta didik tersebut mengalami gangguan psikologis berupa minat dan motivasi belajar rendah yang dimiliki oleh peserta didik tersebut. Untuk mengatasi gejala minat dan motivasi belajar rendah yang ditunjukkan oleh peserta didik di kelas sebagai faktor psikologis yang mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran peserta didik di kelas, maka guru harus dapat memilih dan menerapkan suatu metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran di kelas yang dapat menumbuhkembangkan minat belajar dan motivasi belajar peserta untuk belajar di kelas.

                Adapun strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik yang memiliki minat belajar dan motivasi belajar rendah ialah metode cara belajar siswa aktif (CBSA) yang menggunakan pendekatan keterampilan proses (PKP), pendekatan konstruktivistik, metode diskusi, metode pembelajaran koperatif, metode penemuan dan penyelidikan (discovery and inquiry learning), metode contextual teaching learning (CTL), metode eksperimen, dan berbagai metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang menuntut aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di tempat belajar lainnya. Selain itu faktor strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran perlu menjadi perhatian bagi guru, faktor karakteristik psikologis yang mencerminkan kepribadian dan perilaku peserta didik di kelas harus juga menjadi perhatian para guru untuk menyesuaikan pembelajarannya dengan karakteristik kepribadian dan perilaku yang dimiliki oleh para peserta didik agar proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar peserta didik. Disinilah pentingnya guru menerapkan proses pembelajaran yang diindividualisasikan sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar peserta didik secara individual.

                Masih banyak gejala-gejala gangguan psikologis yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, misalnya gangguan pengamatan, gangguan persepsi, gangguan dalam berpikir, gangguan ingatan, gangguan fantasi, dan gangguan perasaan. Gangguan-gangguan psikologis tersebut merupakan gejala atau aktivitas umum jiwa manusia (La Sulo, 1990). Aktivitas umum jiwa manusia tersebut perlu diketahui dan dipahami oleh para guru dalam mengetahui dan memahami aspek psikologis para peserta didik di kelas agar proses dan hasil pembelajaran yang dikelola di kelas dapat mencapai tujuannya secara maksimal dan optimal.


                Abimanyu (1996) mengemukakan bahwa peranan psikologi dalam pendidikan dan pengajaran ialah bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan di dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar mengajar. Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah-masalah sebagai berikut:
    1. Perubahan yang terjadi pada anak didik selama dalam proses pendidikan.
    2. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar.
    3. Teori dan proses belajar
    4. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
    5. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri individu.
    6. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya.
    7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidikan.
    8. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid.
    9. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan, dan
    10. Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu lain dalam batas kemampuan belajar (Abimanyu, 1996).

    Dari uraian di atas menunjukkan bahwa banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh para guru dalam proses pendidikan di kelas. Masalah-masalah tersebut merupakan masalah psikologis peserta didik yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, sehingga perlu diketahui dan dipahami oleh para calon guru dan para guru yang telah mengajar dan mendidik di kelas.

    Psikologi sebagai suatu disiplin ilmu sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan khususnya dalam Manajemen Kelas. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman aspek psikologis peserta didik oleh pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutiahan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.

    Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar di kelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil.

    Dengan memahami karakteristik psikologis yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. maka para guru di sekolah akan dapat melakukan pembelajaran yang bersifat individual sesuai dengan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh peserta siswa. Jadi sifat heterogenitas (tidak sama) suatu kelas perlu menjadi perhatian utama bagi guru. Selain pembelajaran yang bersifat individual, guru perlu juga melakukan pembelajaran secara kelompok jika karakteristik psikologis peserta didik yang ada di suatu kelas dianggap relatif sama (homogen).

                Dalam proses pembelajaran di kelas guru sering menghadapi peserta didik yang mengalami gangguan perhatian sehingga peserta didik tersebut kurang dapat memusatkan perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Akibatnya peserta didik tersebut kurang dapat mengetahui dan memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dan memperoleh prestasi belajar rendah. Gejala gangguan perhatian sebagai faktor psikologis yang dialami peserta didik di kelas harus diketahui dan dipahami oleh guru sebagai pengajar dan pendidik di kelas untuk mencegah dan mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
    Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru di kelas dalam mencegah dan mengatasi masalah gangguan perhatian yang dialami oleh peserta didik di kelas ialah guru sebaiknya menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang menarik perhatian belajar agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan baik dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
    Selain itu, peserta didik yang menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang acuh tak acuh atau apatis dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, juga merupakan gejala bahwa peserta didik tersebut mengalami gangguan psikologis berupa minat dan motivasi belajar rendah yang dimiliki oleh peserta didik tersebut. Untuk mengatasi gejala minat dan motivasi belajar rendah yang ditunjukkan oleh peserta didik di kelas sebagai faktor psikologis yang mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran peserta didik di kelas, maka guru harus dapat memilih dan menerapkan suatu metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran di kelas yang dapat menumbuhkembangkan minat belajar dan motivasi belajar peserta untuk belajar di kelas.

                Adapun strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik yang memiliki minat belajar dan motivasi belajar rendah ialah metode cara belajar siswa aktif (CBSA) yang menggunakan pendekatan keterampilan proses (PKP), pendekatan konstruktivistik, metode diskusi, metode pembelajaran koperatif, metode penemuan dan penyelidikan (discovery and inquiry learning), metode contextual teaching learning (CTL), metode eksperimen, dan berbagai metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang menuntut aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di tempat belajar lainnya. Selain itu faktor strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran perlu menjadi perhatian bagi guru, faktor karakteristik psikologis yang mencerminkan kepribadian dan perilaku peserta didik di kelas harus juga menjadi perhatian para guru untuk menyesuaikan pembelajarannya dengan karakteristik kepribadian dan perilaku yang dimiliki oleh para peserta didik agar proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar peserta didik. Disinilah pentingnya guru menerapkan proses pembelajaran yang diindividualisasikan sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar peserta didik secara individual.

                Masih banyak gejala-gejala gangguan psikologis yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, misalnya gangguan pengamatan, gangguan persepsi, gangguan dalam berpikir, gangguan ingatan, gangguan fantasi, dan gangguan perasaan. Gangguan-gangguan psikologis tersebut merupakan gejala atau aktivitas umum jiwa manusia (La Sulo, 1990). Aktivitas umum jiwa manusia tersebut perlu diketahui dan dipahami oleh para guru dalam mengetahui dan memahami aspek psikologis para peserta didik di kelas agar proses dan hasil pembelajaran yang dikelola di kelas dapat mencapai tujuannya secara maksimal dan optimal.


                Abimanyu (1996) mengemukakan bahwa peranan psikologi dalam pendidikan dan pengajaran ialah bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan di dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar mengajar. Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah-masalah sebagai berikut:
    1. Perubahan yang terjadi pada anak didik selama dalam proses pendidikan.
    2. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar.
    3. Teori dan proses belajar
    4. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
    5. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri individu.
    6. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya.
    7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidikan.
    8. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid.
    9. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan, dan
    10. Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu lain dalam batas kemampuan belajar (Abimanyu, 1996).

    Dari uraian di atas menunjukkan bahwa banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh para guru dalam proses pendidikan di kelas. Masalah-masalah tersebut merupakan masalah psikologis peserta didik yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, sehingga perlu diketahui dan dipahami oleh para calon guru dan para guru yang telah mengajar dan mendidik di kelas.
     
    C.   Pendekatan Psikologis Dalam Langkah Manajemen Kelas

    Pendekatan psikologis yaitu pendekatan yang berdasarkan  pada teori-teori psikologis tertentu (seperti teori behavioral modification : semua perilaku yang tidak diharapkan diubah menjadi  perilaku yang diharapkan, teori  social-  5 emotional situation : menekankan hubungan antar pribadi yang baik antara guru  dengan siswa, siswa dengan siswa yang mendukung  proses  pembelajaran),
    Pendekatan Psikiologis yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas antara lain:
    1.       Pendekatan kekuasaan
    Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas.
    2.       Pendekatan ancaman
    Pengelolaan kelas adalah sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku siswa, dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, sindiran, dan memaksa.
    3.       Pendekatan kebebasan
    Pengelolaan diartikan suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan siswa.
    4.       Pendekatan Resep
    Pendekatan resep dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru.
    5.       Pendekatan pengajaran
    Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
    6.       Pendekatan perubahan tingkah laku
    Peranan guru adalah mengembangkah tingkah laku siswa yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Tingkah laku yang positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas, serta tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman.
    7.       Pendekatan Sosio-Emosional (suasana emosi dan hubungan sosial)
    Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang didalam kelas, untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap melindungi.
    8.       Pendekatan kerja kelompok
    Peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah pengelolaan.
    9.       Pendekatan Elektis atau Pluralistik
    Pendekatan elektis menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif guru dalam memilih berbagai pendekatan berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk menciptakan dan mempertahankan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.

    D. Memahami Minat Peserta Didik
     .
    Minat memiliki manfaat sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi. Dengan memiliki minat belajar, peserta didik lebih memperkuat ingatan tentang pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Dengan ingatan yang kuat, peserta didik berhasil memahami materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Sehingga, tidak sulit bagi peserta didik dalam mengerjakan soal atau pertanyaan dari peserta didik. Hal tersebut menghasilkan nilai yang bagus dan meningkatkan prestasi peserta didik.
    Selain itu, Minat belajar menciptakan dan menimbulkan konsentrasi dalam belajar. Peserta didik akan memiliki konsentrasi yang baik apabila dalam dirinya terdapat minat untuk mempelajari hal yang ingin mereka ketahui. Konsentrasi yang terbentuk inilah, yang mempermudah peserta didik memahami materi yang dipelajari.
    Seperti yang dijelaskan diatas, minat merupakan pendorong bagi peserta didik dalam belajar. Dengan minat tersebut, belajar bukan lagi sebagai beban bagi peserta didik. Belajar menjadi hal yang menggembirakan bahkan peserta didik dapat belajar dengan perasaan senang karena mengetahui hal-hal yang baru. Dengan kata lain, memperkecil kebosanan peserta didik terhadap pelajaran. Hal ini, menunjukkan bahwa minat sangat erat hubungannya dengan belajar.
    Persoalannya saat ini adalah minat peserta didik yang berbeda atau bahkan tidak adanya minat pada diri peserta didik. Minat tersebut ada yang berasal dari diri peserta didik yang disebut bakat. Tapi, ada kalanya minat tersebut perlu mendapatkan pengaruh dari lingkungan. Minat dari lingkungan tersebut, karena adanya pengaruh dari guru yang menggunakan variasi gaya belajar.
    Pendidik harus memiliki perhatian khusus terhadap peserta didiknya, sehingga pendidik dapat mengetahui peserta didik yang memiliki minat dalam belajar dan peserta didik yang harus dibantu dalam menciptakan minat belajar tersebut. Guru dapat memperhatikan hal-hal kecil yang menunjukkan bahwa peserta didik memiliki minat yang cukup terhadap pelajaran, antara lain ialah
                 1.  Melalui pekerjaan rumah
    Secara sekilas, pendidik dapat menilai minat peserta didik melalui pekerjaan rumah. Peserta didik yang memiliki minat terhadap pelajaran tersebut, akan mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan kepadanya dengan baik.
    2. Diskusi
    Diskusi yang diciptakan dalam ruang kelas dengan teman sebaya, dapat memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuat minat tersebut. Jadi, dalam berdiskusi peserta didik tersebut akan antusias dan berprestasi.
    3. Memberi Pertanyaan
    Apabila proses belajar mengajar berlangsung dengan aktif, artinya peserta didik aktif bertanya dan pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang diterangkan oleh pendidik. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik memiliki minat terhadap pelajaran tersebut.
    Membangkitkan minat dalam diri peserta didik merupakan kewajiban dari pendidik, orang tua, dan masyarakat. Sekolah merupakan salah satu badan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peserta didik. Di dalam sekolah, pendidik harus mempunyai strategi-srategi untuk membangkitkan minat peserta didik untuk belajar. Misalnya, pendidik bercerita tentang hal yang dapat menarik yang berhubungan denga materi, sehingga menimbulkan minat terhadap pelajaran tersebut. Selain itu, pendidik dapat memotivasi peserta didik dengan cara memberikan hadiah bagi peserta didik yang mendapat nilai seratus. Serta masih banyak hal-hal lain yang dapat dikembangkan oleh pendidik untuk menumbuhkan keaktifan pserta didik dalam belajar.


    E. Sikap Guru


    Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupannya. Sikap mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan negative.
    Sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena sikap seroang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari oleh anak didiknya. Pada saat ini banyak sikap dari seorang guru yang tidak lagi mencerminkan sikapnya sebagai seorang pendidik karena adanya berbagai factor yang mestinya tidak terjadi dalam dunia pendidikan.
    Lantas bagaimanakah sikap yang baik seorang guru agar tercipta anak didik yang menjadi manusia seutuhnya. Karena salah satu tugas guru memanusiakan manusia. Dibawah ini akan dipaparkan beberapa pendapat mengenai sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru.

                Abdul Kadir Munsyi, M. Nasyai Hasyim dan Mukhrim mengartikan sikap dengan gerak anggota tubuh guru pada waktu mengajar. Menurut mereka sikap guru yang baik adalah:
    a.        guru bersikap wajar (tidak dibuat-buat)
    b.       guru tidak berlagak seperti gembala yang memelihara kambingnya
    c.        guru tidak menganggap murid sebagai musuhnya
    d.      guru tidak bergerak kaku atau meniru guru-guru yang lain yang sukses, tetapi bergeraklah sewajarnya apa adanya sesuai dengan kepribadian kita masing-masing.
    e.       guru boleh bergerak bebas, tidak merasa takut asal sopan.
    f.       guru jangan seperti patung, hanya diam diri dalam satu tempat. Kelas adalah kepunyaan guru dan murid-murid bersama,.berdirilah pada tempat dimana semua kelas dapat melihat dan mendengarkan suara guru.
    g.      pada waktu ujian atau tes guru jangan bersikap seperti polisi yang mengawasi maling atau seperti kucing mengintai tikus, bersikaplah santai tapi waspada.

    Guru yang baik menurut Alvin W. Howard dalam bukunya Teaching in Miedle School, yang dikutip oleh Jasi Muhammad, harus memiliki sikap sebagai berikut:
    a.       guru harus bersikap respek terhadap apa yang sedang terjadi disekitarnya
    b.      antusias, baik terhadap vaknya, kelasnya, tugasnya dan sesama yang berhubungan dengan hal mengajar
    c.       guru harus berbicara jelas, pasti dan dapat menghubungkan dirinya dengan murid-muridnya
    d.      tertarik kepada murid sebagai individu
    e.       memiliki pengetahuan dan sumber yang cukup
    f.        tidak bertindak sarkatis dan kasar
    g.      tidak pilih kasih didalam kelas
    h.      harus menghindari kemalasan dan ketidaktetapan waktu datang kesekolah.

    Menurut M. Ngalim Purwanto, sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah:
    a.       Guru harus bersikap adil
    b.      Guru harus percaya dan suka kepada murid-muridnya
    c.       Guru harus sabar dan rela berkorban
    d.      Guru harus mempunyai pembawaan (gezag) terhadap anak didiknya
    e.       Guru harus bersikap baik terhadap teman-temannya dan masayarakat.

    Menurut KH. M. Hasyim Ash’ari, sikap yang harus dimiliki seorang guru adalah:
    a.       Guru harus membangun niat dan tujuan yang luhur demi mencari ridlo Allah
    b.      Guru hendaknya bersabar dan tidak menyurutkan semangat dalam memberikan pengajaran kepada siswanya
    c.       Guru memberikan nasihat kepada anak didiknya akan pentingnya memiliki niat yang tulus dalam belajar
    d.      Guru hendaknya memberi dorongan kepada para siswanya agar tekun dan bersungguh-sungguh didalam belajar serta mengatur waktu dengan baik
    e.       Guru harus mencintai para siswanya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, berusaha memenuhi kemaslahatan siswanya, serta memperlakukan mereka dengan baik sebagaimana ia memeperlakukan anak-anaknya sendiri yang amat disayanginya
    f.       Guru hendaknya bersabar dalam menghadapi kekurangan dan ketidak sempurnaan anak didiknya dalam beretika
    g.      Guru mendididik dan memberi pelajaran kepada anak didiknya dengan penjelasan yang mudah dipahami. Sesuai dengan kemampuan mereka
    h.      Guru bersungguh-sungguh dalam memberikan pengajaran dan pemahaman kepada anak didiknya
    i.        Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada anak didiknya melalui latihan, dan tidak segan-segan memberikan hadiah kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar
    j.        Guru memberi motivasi agar siswa tetap tekun dan meningkatkan belajarnya
    k.      Guru mampu menyelami kondisi dan pemahaman serta perkembangan pemikiran anak didiknya sebelum memberi materi lebih lanjut
    l.        Guru bersikap adil, tidak pilih kasih atau membedakan antara siswa yang satu dengan yang lainnya
    m.    Guru memberikan kasih sayang dan perhatian terhadap siswanya
    n.      Guru membiasakan diri sekaligus memberikan contoh kepada siswa tentang cara bergaul yang baik, seperti mengucapkan salam, berbicara baik dan sopan, tolong-menolong, dan lain sebagainya

    Sikap-sikap guru yang baik dalam mengajar menurut Sungging Handoko adalah:
    a.       Sikap berpakaian
          Sebaiknya seorang guru berpakaian sopan, sederhana tetapi terpelihara. Jangan mengenakan celana napoleon atau bergaun you can see dimuka kelas, jangan berpakaian mewah atau gemerlap.

    b.      Sikap dimuka kelas
    1. guru harus bersikap tegas dan bijaksana, agar suasana kelas menjadi tenang dan kegiatan belajar- mengajarpun berjalan dengan lancar
    2. jangan terlalu banyak menggunakan gerak tangan waktu berbicara
    3. jangan berbicara terlalu keras dan jangan pula berbicara terlalu pelan atau lemah
    4. bergeraklah dengan tangan dan berbicaralah dengan suara yang sedang dan jangan ribut
    5. bergembiralah selalu
    6. tunjukanlah semua pertanyaan kepada semua siswa dan baru kemudian tunjuklah seseorang murid untuk menjawab
    7. berani memandang tiap-tiap murid (matanya)
    8. jangan bersikap putus asa
    9. usahakanlah murid-murid bekerja sendiri
    10. ciptakanlah suasana kelas yang baik
    11. jangan memberi hukuman badan

    c.       Sikap sabar
          Guru harus bersabar dalam mehadapi murid-muridnya, tanpa menggunakan emosi dalam bertindak terhadap anak didiknya.
    d.      Sikap yang mengejek murid
          Guru tidak mengejek, mencela, mengeluarkan kata-kata kasar yang dapat mematahkan semangat belajar murid, karena hal itu akan memperhambat kemajuan potensi dalam diri anak.
    e.       Sikap yang lekas marah harus dihindari oleh guru, karena hal itu akan menimbulkan hal yang tidak baik.
    f.       Sikap yang memberi hukuman badan
    Menurut peraturan sekolah, guru dilarang memberi hukuman badan, umpamanya memukul, menendang, melempar benda keras, dll karena hal itu dapat menimbulkan rasa tidak senang dalam diri anak didik terhadap gurunya, serta timbul rasa takut terhadap guru.
    g.      Bersikap jujur dan adil
    Sebagai seorang guru barlakulah jujur dan adil, jangan membedakan antara murid yang satu dan yang lain. Bertindak jujurlah terhadap anak didiknya dan orang lain.
    h.      Sikap yang memberi larangan
    Guru yang baik janganlah melarang, sebab biasanya perintahnya akan dianggap sebagai ancaman bagi anak didik. Larangan yang terlalu banyak dapat menimbulkan kemungkinan besar anak didik melanggar peraturan tanpa disadari oleh murid-muridnya.
    i.        Sikap guru yang bertanggung jawab
    Seorang guru harus dapat bertanggung jawab demi masa depan perkembangan anak didiknya. Bila seorang guru tidak mempunyai rasa tanggung jawab akan banyak memepengaruhi perkembangan pada diri anak didik.
    Sikap yang harus dihindari oleh seorang guru dalam nenyanpaikan materi pelajaran pada anak didiknya, menurut S.Nasution adalah:
    a.       Sikap otoriter
          Sikap otoriter merupakan sikap yang selalu mengatur perbuatan anak, menggunakan paksaan dan hukuman, tidak mendidik anak menjadi manusia merdeka yang demokratis yang sanggup berdiri sendiri, sanggup memilih atas tanggung jawab sendiri. Hal ini menyebabkan anak akan bergantung pada orang lain, bila diberi kebebasan anak tidak dapat menggunakan dengan baik karena biasa diatur oleh orang lain.
    b.      Sikap permissive
          Sikap permissive merupakan sikap lunak yang memberi kebebasan yang berlebihan kepada anak untuk berkembang sendiri. Hal ini sebenarnya tidak memberi bimbingan kepada anak dan dengan demikian sebenarnya tidak mendidik anak. Padahal sebenarnya pendidikan memerlukan pimpinan dan bimbingan dari pendidik. Sikap permissive ini merupakan kebalikan dari sikap otoriter.

    c.       Sikap riil
          Sikap pendidik hendaknya jangan terlampau otoriter atau terlampau permissive akan tetapi bersikaplah realistis. Pendidikan memerlukan kebebasan akan tetapi juga pengendalian. Anak didik harus diberi kebebasan yang cukup tanpa diawasi ketat oleh guru. Sikap riil ini tidak terlalu otoriter dan tidak permissive.






  • Tidak ada komentar:

    Posting Komentar